Sabtu, 13 Februari 2010
Misi Perdamaian Kardinal Tauran
Misi perdamaian dimulai. Kali ini Bapa Paus Benediktus XVI mengutus Presiden Dewan Kepausan Dialog Antar Agama Tahta Suci (PCID) Vatikan Kardinal Jean-Louis Tauran untuk mengunjungi Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Misi perdamaian dilaksanakan mulai tanggal 24 November hingga 2 Desember 2009. Kardinal Tauran mengunjungi beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Denpasar, Makasar dan Yogyakarta. Selama lawatannya di Indonesia, Kardinal Tauran didampingi Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Leopoldo Girelli dan Duta Besar Indonesia untuk Vatikan Suprapto Martosetomo. Mgr. J. Pujasumarta, Uskup Keuskupan Bandung pun menyertai kunjungan Kardinal Tauran bersama dengan Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi HAK KWI). Beberapa romo turut juga dalam kunjungan itu.
Selama kunjungannya tersebut, Kardinal Tauran juga dijadwalkan bertemu dengan tokoh-tokoh agama di Indonesia antara lain Ketua PB NU Hasyim Muzadi, Ketua Umum Muhammadyah Din Syamsuddin, Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) serta kunjungan ke Wahid Institute.
Dalam salah satu pertemuan di Jakarta, Kardinal mengatakan bahwa hubungan antar agama haruslah didasari toleransi, saling menghargai dan semangat untuk bekerja sama. Dalam hal ini, toleransi bukan sekadar untuk berusaha hidup berdampingan tanpa konflik namun rasa saling mengerti dan menyayangi berdasar cinta sesama. "Saling menghargai di sini bukan berarti harus mempercayai apa yang dipercayai orang lain, tapi menerima jalan yang dipilih orang lain. Dan kerja sama antar agama harus satu tujuan, melayani kemanusiaan, " katanya. Berbicara tentang misi, Kardinal Tauran mengatakan tujuan utama misi adalah memberikan pelayanan bagi kemanusiaan, bukan membuat orang berpindah agama. ”Apakah mereka mau pindah agama atau tidak mereka yang memutuskan," katanya.
Di Kuta, Bali, pada saat dialog antariman ”Peran Agama dalam Mewujudkan Perdamaian di Tengah Perbedaan” (28/11/09), Kardinal Tauran mengatakan bahwa hasil dialog antariman menjadi tanggungjawab bersama supaya sampai di tataran akar rumput demi terciptanya perdamaian sejati yang didasarkan pada tiga hal, yakni toleransi, saling menghormati, dan kerja sama.
Sementara itu ketika di Yogyakarta, Senin (30/11/09), Kardinal Tauran mengunjungi tiga tempat penting yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Kalijaga Yogyakarta, Candi Borobudur dan Keraton Yogyakarta. Di UIN Kalijaga, dalam kuliah umum, Kardinal menegaskan bahwa umat Kristiani dan Muslim mewakili 55% dari penduduk dunia dan konsekuensinya, apabila mereka soleh dan taat pada agamanya, mereka dapat melakukan banyak hal lagi untuk kebaikan bersama, perdamaian dan keselarasan di dalam masyarakat dimana mereka berperan sebagai anggota.
Acara hari itu dilanjutkan ke Candi Borobudur Magelang. Menurut Pastor Aloys Budi Purnomo Pr, Ketua Komisi Hubungan Antaragama Keuskupan Agung Semarang, candi Borobudur sengaja dipilih sebagai bentuk representasi terhadap keberadaan umat Buddha dan berbagai kegiatan keagamaannya. Kardinal berkeinginan kuat, memilih untuk mengunjungi Candi Borobodur daripada singgah ke tempat wisata religi umat Katolik seperti Sendangsono di Kulonprogo atau Gua Maria Kerep di Ambarawa.
Sore harinya, Kardinal mengunjungi Keraton Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwana X menerima dengan ramah utusan dari Vatikan itu. Tempat pertemuan mereka harum oleh bunga melati yang ditaburkan dalam ruangan itu. Seraya meminum minuman paduan rasa teh dan jahe, mereka terlibat pembicaaraan mengenai dialog antaragama.
Dalam dialog itu, Sultan mengatakan bahwa dirinya mempunyai tugas untuk merengkuh agama-agama dan ras-ras apapun yang ada di Yogyakarta. ”Saya punya kewajiban untuk melaksanakan tugas tersebut karena ini merupakan dasar dari hakikat keberadaan Kraton,” ungkap Sultan.
Asisten Pribadi Kardinal Jean-Louis Tauran, Rev Markus Solo SVD mengatakan, Kardinal Tauran sengaja menghabiskan waktu satu pekan di Indonesia. Menurutnya, Indonesia sengaja dipilih karena dikenal sebagai negara yang tetap mampu menjaga kerukunan dan keharmonisan di tengah kehidupan warga negaranya yang berbeda-beda suku, budaya, dan agama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
Oleh Aloys Budi Purnomo Pr, M.Hum Saya dengan sengaja tidak menggunakan kata “kedamaian” sebagaimana dipakai panitia. Secara normatif unive...
-
Fiat Voluntas Tua! (Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu) merupakan ungkapan terkenal dari Maria. Umat Katolik tentu sangat mengenal Mar...
-
Tanggapan Gereja-Gereja terhadap Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani (PDS KUK) 2013 sangat luar biasa. Selain mendoakan sela...
-
Oleh Aloys Budi Purnomo Pr ADA dua kisah naratif yang inspiratif untuk merawat kebhinnekaan. Mgr. Johannes Pujasumarta, Uskup Keuskupan Agun...
-
Malam satu suro (18/12/09). Bau asap dupa menyengat di Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas (HKYTM) Semarang. Di sana sudah tersedia tumpeng, j...
-
Romo J Sudrijanta, SJ memberikan penjelasan tentang Meditasi tanpa Objek Para peserta mengaku kesulitan ketika mempraktikkan meditasi...
-
PROFIL KOMISI HUBUNGAN ANTARAGAMA DAN KEPERCAYAAN KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG Oleh Aloys Budi Purnomo Pr Ketua Komisi Hubungan Antaragama ...
-
Dengan berjalan pelan, para pendeta dan pastor me nuju altar Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas Semarang. Sementara itu lagu Taize “Tinggalla...
-
“APA YANG TUHAN TUNTUT DARI KITA?’ ( Bdk . Mi k h a 6:6-8) Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani 18-25 Januari 20...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar