Kamis, 08 November 2012

Belajar Membangun Kesadaran dalam Meditasi

Romo J Sudrijanta, SJ memberikan penjelasan tentang Meditasi tanpa Objek

Para peserta mengaku kesulitan ketika mempraktikkan  meditasi tanpa obyek yang dipandu oleh Pastor J. Sudrijanta, SJ pada acara Temu Kebatinan (Tebat) Katolik XXII di Gua Maria Kerep Ambarawa (20-21/10/2012).
Menurut Pastor Sudrijanta, kesulitan itu terjadi karena selama ini peserta sudah terbiasa terdidik, terlatih untuk melekat pada konsep-konsep dengan teknik dan metode yang bermacam-macam. Konsep-konsep itu sangat memukau kita baik itu konsep-konsep tentang Kristus, tentang Tuhan, tentang iman, tentang kebenaran-kebenaran dan kita merasa sudah sampai dengan menghafal itu. Bisa jadi, kita tidak bertemu dengan Tuhan. Namun bertemu dengan konsep tentang Tuhan.
Padahal menurut Pastor Sudrijanta, meditasi itu sangat sederhana. ”Ini simple sekali. Se-simple Anda menarik nafas dan menghembuskan nafas dengan penuh kesadaran diri,” katanya.

Dalam mempraktikkan meditasi ini, yang terpenting adalah meditator selalu berada dalam kesadaran penuh. Meditator diharapkan menyadari semua gerak dan suasana batin maupun fisik yang terjadi. Dan untuk melakukan ini, meditator memang diharapkan harus menanggalkan konsep-konsep yang selama ini ia bangun. "Masalahnya adalah ingin atau tidak ingin. Itu saja. Kalau tidak ingin, kita melekat pada konsep-konsep,”  katanya.
Acara Tebat diisi dengan praktek meditasi. Para peserta mengikuti dengan antusias. Setidaknya, mereka melakukan  meditasi duduk, meditasi berdiri, dan meditasi berjalan.
Menurut Pastor Sudrijanta, perjalanan spiritual hanya mungkin kalau ada awarness (kesadaran diri). Meditasi ini justru relevan dipraktikkan di dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam relasi-relasi dengan orang lain.
“Justru praktis sekali. Perhatikan ini di dalam  relasi-relasi Anda, satu dengan yang lain, bukan hanya Anda duduk 30 menit, satu jam. Setelah itu, Anda tidak aware lagi, tidak eling lagi dalam relasi-relasi,” katanya. Menurutnya, melalui relasi kita mengenal diri.
Dalam hal ini, pikiran tidak senantiasa dipakai karena menurutnya, tidak setiap 24 jam, pikiran dibutuhkan. Bisakah pikiran yang sungguh tidak diperlukan berhenti ketika awarness dipraktikkan? “Kalau itu berhenti maka ada kejernihan, ada kecerdasan, atau welas asih, ada cinta, atau wisdom. Kalau ini ada, maka pikiran yang sungguh kita butuhkan bekerja dalam praktek sehari-hari maka akan menjadi sangat efektif,” imbuhnya.
Walking Meditation
Maka, Pastor Sudri mengajak para peserta belajar untuk menghentikan pikiran yang sungguh tidak dibutuhkan sampai itu berhenti. Selain dipraktikkan dalam kesibukan berelasi, meditasi dengan duduk diam 30 menit atau satu jam dibutuhkan karena itu lebih total. “Kalau dalam bicara, dalam relasi (meditasi) tidak begitu total bukan? Kalau duduk diam itu menjadi total, maka menjadi penting Anda memberikan waktu khusus untuk meditasi,” ujarnya.
Sedangkan Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Komisi HAK KAS) Pastor Aloys Budi Purnomo, Pr mengatakan bahwa meditasi merupakan suatu upaya untuk mengalami keheningan. “Namun keheningan bukan tujuan, melainkan sarana untuk mengalami kehadiran Tuhan dengan segala kesadaran dan konsentrasi kita,” katanya.
Menurutnya, dalam tradisi Kristiani, meditasi merupakan salah satu tahapan dari proses "Lectio Divina". Diawali dengan membaca firman Tuhan (lectio), kita masuk dalam permenungan yang mendalam atas firman Tuhan dalam meditasi. Meditasi yang kian mendalam membawa kita masuk ke dalam tahapan kontemplasi.
”Meditasi dan kontemplasi laksana dua sisi sekeping mata uang, saling menopang. Meditasi yang melaju ke arah kontemplasi tak lagi terfokus pada obyek tertentu selain rasa-perasaan terpesona-terpikat pada wajah Tuhan yang penuh kasih dan kerahiman,” imbuhnya.
Dengan model ini, menurut Pastor Budi, keutamaan bermeditasi kenotis tanpa obyek, tak akan membuat kita terninabobokan dalam kesalehan personal, tetapi juga membuat kita terlibat secara sosial! Meditasi pun berbuah dalam aksi. Doa terwujud pula dalam karya nyata!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer