Kamis, 08 November 2012

Belajar Membangun Kesadaran dalam Meditasi

Romo J Sudrijanta, SJ memberikan penjelasan tentang Meditasi tanpa Objek

Para peserta mengaku kesulitan ketika mempraktikkan  meditasi tanpa obyek yang dipandu oleh Pastor J. Sudrijanta, SJ pada acara Temu Kebatinan (Tebat) Katolik XXII di Gua Maria Kerep Ambarawa (20-21/10/2012).
Menurut Pastor Sudrijanta, kesulitan itu terjadi karena selama ini peserta sudah terbiasa terdidik, terlatih untuk melekat pada konsep-konsep dengan teknik dan metode yang bermacam-macam. Konsep-konsep itu sangat memukau kita baik itu konsep-konsep tentang Kristus, tentang Tuhan, tentang iman, tentang kebenaran-kebenaran dan kita merasa sudah sampai dengan menghafal itu. Bisa jadi, kita tidak bertemu dengan Tuhan. Namun bertemu dengan konsep tentang Tuhan.
Padahal menurut Pastor Sudrijanta, meditasi itu sangat sederhana. ”Ini simple sekali. Se-simple Anda menarik nafas dan menghembuskan nafas dengan penuh kesadaran diri,” katanya.

Sabtu, 11 Februari 2012

Menggalang Persatuan Kristiani


Dalam rangka Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani 2012, di Pertapaan St. Maria Bunda Pemersatu Gedono, terjadi Ibadat Siang bersama dan dilanjutkan dengan pengajaran dan sharing tentang PDS. Sekurang-kurangnya, 125 Pendeta Kristen Protestan dari berbagai denominasi di Salatiga dan sekitarnya, ambil bagian dalam kesempatan tersebut.

Diawali dengan Ibadat Siang (Tengah Hari) di dalam Kapel St. Maria Bunda Pemersatu, Gedono, kami bersatu dalam Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani. Pada kesempatan ini, turut serta dalam Ibadat Siang rombongan para Rama yang sedang mengikuti Kursus Formator di Girisonta yang kebetulan sedang berkunjung dan sahing di tempat yang sama.

Setelah Ibadat Siang, para Rama Formator dari berbagai Keuskupan di Indonesia ini melanjutkan perjalanan menuju Goa Maria Rosa Mistika dan Roncalli. Sementara itu, para Pendeta dan Hamba Tuhan lainnya menuju ke aula untuk mengadakan sharing dan pengajaran tentang PDS yang oleh Sr. Martha diserahkan kepada saya, yang beliau undang secara khusus untuk mengikuti pertemuan tersebut. Sr. Martha membuka pertemuan, dilanjutkan dengan menaikkan kidung pujian secara Protestan serta doa pembuka, dan saya pun mendapatkan kesempatan untuk bersharing dan memberikan pengajaran tentang PDS. Istilah "pengajaran" itulah yang mereka pakai, sebagaimana disebutkan oleh Pendeta Turmudi yang menjadi Ketua Paguyuban para Hamba Tuhan ini.

Para pendeta tampak antusias mendengarkan sharing dan informasi tentang PDS, yang tampaknya juga belum mereka ketahui, kendati gerakan PDS ini sudah berlangsung lebih dari 100 tahun dalam kerjasama antara WCC (Dewan Gereja-Gereja Sedunia) dan Vatikan (Gereja Katolik Roma). Setiap kali saya tegaskan bahwa semua ini berlandaskan pada dasar alkitabiah dari Yesus sendiri yang bersabda dan berdoa dalam Injil Yoh 17 agar para murid-Nya dan orang-orang yang percaya kepada-Nya bersatu sama seperti Bapa dan Putera agar dunia percaya, para Hamba Tuhan itu serentak menjawab "Ameeen".

Setelah beberapa informasi praktis lain di antara mereka, serta informasi dari GIA Pringgading Semarang, kami semua bersantap siang bersama dan acara pun selesailah sudah, dengan niatan, tahun depan, pada Penutupan PDS 2013, tgl 25 Januari 2013, hari Jumat, pukul 18.00, para Pendeta dan Hambat Tuhan ini akan meluncur ke Gereja Tanah Mas Semarang untuk ikut serta dalam konselebrasi Ibadat Ekumene Penutupan PDS 2013. Meski masih menunggu satu tahun lagi, ini diyakini sebagai salah satu buah positif dari pertemuan ini. Tentu saja, moga-moga niatan ini dapat terwujud dan syukur, sebelum itu, ada kesempatan lebih lanjut untuk merajut dialog ekumenis, tanpa harus menunggu PDS.

Aloys Budi Purnomo, Pr

Jumat, 03 Februari 2012

Menggapai Tuhan Melalui Peziarahan Hati

Hidup manusia di dunia ini merupakan sebuah peziarahan. Manusia berusaha memahami dan menemukan jatidirinya dan Tuhan dalam keseharian. Hal itu merupakan pencarian sepanjang hidup dan terus menerus.


Namun, kerap kali manusia juga dibuat gelisah dalam pencariannya akan Tuhan. Dalam situasi tertentu, manusia kerap mengalami kekeringan bagaikan berada dalam padang gurun. Dalam situasi seperti itulah, sebenarnya kita diajak untuk selalu dapat menggapai Tuhan, apapun keadaannya.

Maka dari itu, Temu Kebatinan Katolik XXI pada awal tahun ini akan berusaha menjawab situasi tersebut. Menggapai Tuhan Melalui Peziarahan Hati”, adalah tema yang kami angkat untuk membantu umat dalam rangka menemukan Tuhan dalam setiap detik kehidupannya. Dengan demikian manusia akan selamat karena selalu bersama-Nya.

Temu Kebatinan akan dilaksanakan pada

Hari/tanggal : Sabtu Pahing, 18 Februari 2012 sampai dengan

Minggu Pon, 19 Februari 2012

Jam : 16.00 wib – selesai

Tempat : Aula Gua Maria Kerep Ambarawa

Kontribusi peserta : Rp. 50.000,- /orang

Anda tertarik? Bergabunglah bersama kami.

Rabu, 01 Februari 2012

Kemenangan Tuhan Kita Yesus Kristus Mengubah Hidup Kita


Dengan berjalan pelan, para pendeta dan pastor menuju altar Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas Semarang. Sementara itu lagu Taize “Tinggallah Bersama Aku” yang dinyanyikan kelompok doa Taize “Cantate Domino” dan para Frater Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya mengiringi langkah mereka. Mereka bersama dengan umat Kristiani sedang melakukan Ibadah Ekumene Penutupan Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani (25/1/2012).

Dalam khotbahnya, Pastor Aloys Budi Purnomo, Pr menjelaskan sejarah PDS. “Gerakan ini sudah dimulai sejak tahun 1908. Dengan demikian kalau dihitung per hari ini, usianya sudah lebih dari 1 abad. Dan kegiatan itu direspon dengan sangat baik,” katanya dalam ibadah bernuansa Taize itu.
Selama satu pekan Gereja-gereja Kristus di seluruh dunia dari denominasi apapun, melakukan PDS untuk Kesatuan Umat Kristiani. “Semula hanya diawali oleh Vatikan sebagai wakil dari Gereja-gereja Katolik dan Dewan Gereja-gereja Sedunia sebagai wakil dari Gereja-gereja Kristen. Namun panitia internasional dari gerakan ini sudah merangkul Gereja-gereja Ortodoks,” jelas Pastor Budi.

Dalam acara yang dihadiri 20 pendeta itu, Pastor Budi menjelaskan tujuan PDS yakni menjawab doa Yesus seperti dikisahkan dalam Injil Yohanes yang menghendaki para pengikut-Nya bersatu. “Yesus berdoa agar siapapun yang percaya kepada-Nya dari manapun asalnya, dengan latar belakang apapun, menghayati persekutuan dan persatuan dan dengan demikian menjadi tanda damai sejahtera di tengah-tengah dunia,” kata Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang itu.

Tema PDS yang diangkat adalah “Kemenangan Tuhan Kita Yesus Kristus Mengubah Hidup Kita”. Berkaitan dengan tema itu, Pastor Budi mengatakan kerap kali sebagai pengikut-pengikut Kristus entah dari denominasi apapun kurang membangun persekutuan satu terhadap yang lain. Banyak perbedaan atau pengelompokan yang tidak membawa persatuan dan damai sejahtera tetapi justru menjadi sumber perpecahan.

“Kalau kita masuk dalam gerakan Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani tidak pertama-tama membuat semua menjadi satu, sama rata, sama rasa. Tidak! Tetapi dalam perbedaan-perbedaan yang ada dengan keunikan dan kekhasan masing-masing, kita diajak untuk saling memperkaya satu terhadap yang lain,” katanya dalam acara yang juga dihadiri para suster dan novis.

Dengan demikian, lanjut Pastor Budi, kebersamaan itu menjadi tanda damai sejahtera bagi umat dan bagi masyarakat di tengah-tengah dunia yang kerapkali dengan mudah diancam oleh perpecahan, oleh konflik, oleh peperangan yang membuat bangsa-bangsa dikuasai kebencian satu terhadap yang lain.

“Sebagai pengikut Kristus dari denominasi apapun kita diajak untuk menghayati panggilan kita sebagai murid-murid Kristus yang diutus untuk mewartakan Kabar Suka Cita, salah satunya di sini adalah damai sejahtera yang ditandai dengan kerukunan dengan kerja sama, dengan persaudaraan, dengan persatuan,” katanya.
Pdt. Sugiyanto dari Gereja Isa Almasih Pringgading memberi apresiasi positif pada kegiatan tersebut. “Sungguh luar biasa menunjukkan kerukunan antargereja, antarumat. Masalahnya, harus makin digalakkan karena ini sangat penting supaya umat juga mendukung, sama-sama saling mendoakan,” katanya usai ibadah.

Menurutnya, kerja sama antargereja perlu dikembangkan selain berdoa bersama. Gereja-gereja perlu bekerja sama dalam bidang sosial. “Saat ini banyak umat yang mengalami kesulitan dalam kehidupan, misalnya ekonomi, sosial,” katanya.

Sementara itu, Pdt. Robert W. Maartin dari GPIB “Immanuel” merasa terkesan dengan ibadah ekumene tersebut. “Umat dan pendeta bisa bersatu dengan hamba-hamba Tuhan,” katanya. Dia mengusulkan kalau acara itu dilakukan tidak hanya sekali dalam setahun. Menurutnya, perlu ada bentuk kegiatan lain misalnya kegiatan sosial, karitatif atau pendampingan masyarakat. Dia berharap pada waktu mendatang banyak Gereja mau membuka diri dan mau bekerja sama. “Ini kan kemuliaan Tuhan ya, bukan kemuliaan satu Gereja, bukan juga kemuliaan satu pendeta atau satu pastor tetapi ini untuk Tuhan,” katanya.

Senin, 16 Januari 2012

Temu Kebatinan Katolik XX: Bercermin pada Bunda Maria Membangun Komitmen Gerakan Mistik-Politis

Fiat Voluntas Tua! (Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu) merupakan ungkapan terkenal dari Maria. Umat Katolik tentu sangat mengenal Maria. Ia menjadi sosok yang selalu disebut dalam doa-doa, devosi, dan banyak pula Gua Maria dibangun untuk menghormatinya. Namun Maria bukan sosok yang muncul hanya dalam kekatolikan saja, dalam Islam pun Maria juga muncul. Maria menjadi titik temu antara agama Islam dan Katolik. Temu Kebatinan (Tebat) Katolik XX berusaha menggali semangat dari Bunda Maria lebih dalam sehingga dapat menjadi cermin dalam membangun gerakan mistik-politis di Gua Maria Kerep Ambarawa (15-16/10/2011).

Dua narasumber dihadirkan pada Tebat XX yaitu Pastor Pius Riana Prapdi, Pr (Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang) dan K.H. Budi Harjono (Pimpinan Pondok Pesantren Al Ishlah Semarang). Kehadiran dua pembicara tersebut memperkaya permenungan peserta tentang Maria dari perspektif agama Islam dan Katolik.

Tebat XIX: Menjadi Pandhemen yang Beriman Mendalam melalui Keterbukaan atas Karya Roh Kudus



Mbah Samin Surosentiko dikenal sebagai pejuang rakyat tanpa memakai kekerasan. Sebab ia mempunyai pemahaman bahwa semua orang adalah saudara meskipun berbeda latar belakang, beda kulit, maupun beda tata cara atau adat istiadat. Hal itu disampaikan ketua Paguyuban Sedulur Sikep, Gunretno, dengan bahasa Jawa Ngoko, pada acara Temu Kebatinan (Tebat) Katolik XIX di Gua Maria Kerep Ambarawa (19/2/11).

Dengan lugas, Gunretno menyampaikan cara hidup Sedulur Sikep, komunitas hidupnya di desa Baturejo, kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. “Yang harus dilawan adalah sifat yang tidak benar, tatanan-tananan yang dipakai sepihak,” katanya. Cara hidup Mbah Samin, cikal bakal Sedulur Sikep, itu diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan atau tutur.

Menurut Gun, demikian ia disapa, Sedulur Sikep menghindari rasa kebencian. Semua orang adalah sama-sama manusia, berarti semuanya adalah saudara. “Semua mempunyai keinginan menuju kebaikan,” tuturnya.

Gun menyampaikan tuturannya dengan santai. Lelaki yang memakai iket kepala dan memakai baju serba hitam itu seringkali disambut tepuk tangan meriah para peserta Tebat karena kelugasannya. Menurutnya, batin selalu jujur. “Tidak ada yang dinamakan kebatinan itu tidak jujur. Batin itu pasti jujur,” katanya. Ia menambahkan bahwa semua hal yang dilakukan manusia harus melalui batin. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa situasi kebatinan tidak hanya berhenti di batin saja. Namun semua itu harus dilakukan atau diwujudnyatakan dalam tindakan. “Sebab apa yang dilakukan adalah utusan batin. Orang mengukur dia baik atau tidak berasal dari kelakuannya,” katanya. Lelaki yang aktif dalam pelestarian lingkungan hidup itu juga menegaskan kalau kelakuan seseorang baik, maka batinnya pun baik.

Tebat diselenggarakan oleh Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Komisi HAK KAS). Ketua Komisi HAK KAS, Pastor Aloys Budi Purnomo Pr, mengatakan bahwa Tebat XIX bermaksud mengambil bagian dalam peningkatan iman Katolik yang mendalam dan tangguh dalam corak interreligius. Maka tema yang diambil adalah Beriman Mendalam dan Tangguh melalui Keterbukaan atas Karya Roh Kudus Bersama Semua Orang yang Berkehendak Baik.

Melalui tema tersebut, panitia mengajak menyadarkan peserta untuk menyadari karya Roh Kudus dalam kehidupan umat manusia. “Semua manusia sebetulnya didampingi oleh gerak Roh ini. Dalam arti tertentu, mendengar kata Roh Kudus selalu membuat kita berpikir bahwa ini adalah milik Gereja Kristus entah Katolik maupun Kristen. Padahal sebetulnya Roh bekerja seluas dunia sepanjang masa kepada semua orang yang berkehendak baik, Roh bekerja, Roh membimbing, Roh Berkarya,” tegasnya.
Menurutnya, Roh Kudus hadir dalam diri setiap dan semua orang bertahta di ruang batin yang suci murni yang kita kenal sebagai martabat hati nurani.

Hari kedua, Uskup Agung KAS, Mgr. Johannes Pujasumarta menjadi narasumber Tebat yang dihadiri lebih dari 300 orang baik dari KAS maupun luar KAS. Mgr. Puja, demikian ia disapa, mengatakan bahwa manusia diberi anugerah untuk menemukan kebijaksanaan-kebijaksanaan Roh Kudus supaya bisa melestarikan hidup. Hidup bukan kematian tetapi abadi. “Untuk itu kita diberi anugerah kebijaksanaan untuk hidup supaya memang sungguh-sungguh hidup,” katanya.

Menurutnya, Roh Kudus bekerja melalui ciptaan. “Seluruh ciptaan itu mengandung seluruh kebijaksanaan kehidupan,” tegas lelaki yang pernah menjadi Uskup Bandung itu. Maka, kata Mgr. Puja, ada tiga kebijaksanaan yang bisa dipetik. Pertama, kebijaksanaan alam (natural wisdom). Kedua, kebijaksanaan budaya (cultural wisdom). Ketiga, kebijaksanaan kristiani/injili (Christian wisdom).

Tentang kebijaksanaan alam, hal itu bisa dipelajari dari setiap fenomena alam. Mgr. Puja mengisahkan ayahnya yang menemukan kebijaksanaan dari seekor ulat yang akhirnya bisa bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. “Yen sing uler waé, digadhang semana gedéné déning Gusti, apa manéh awaké déwé sing dadi putra Dalem iki. Kalau yang ulat saja itu diperhatikan Allah sedemikian rupa apalagi kita manusia yang adalah anak-anak Allah,” katanya. Manusia belajar dari alam untuk bisa memiliki kebijaksanaan dan menghargai kehidupan.

Pada gilirannya, seringkali kebijaksanaan alam itu, melalui kecerdasan manusia, kemudian dirumuskan dalam cerita, dongeng, atau seni tutur yang berkembang dalam kebudayaan lisan maupun tulis. Dari sanalah muncul narasi-narasi yang bisa menjadi sumber kebijaksanaan kebudayaan. Salah satu yang pernah dikembangkan uskup kelahiran Solo itu adalah membuat narasi Ajisaka yang termuat dalam aksara Hanacaraka dalam perspektif kristiani. Katanya, dalam budaya ada benih-benih sabda (semina verbi).

Sedangkan kebijaksanaan kristiani, menurutnya, tidak bisa dipisahkan dari tokoh Yesus Kristus. Mengenai spiritulitas Duc in Altum “Bertolaklah ke Tempat yang Dalam”, Mgr. Puja menyampaikan dua bingkai, pertama, ketika Yesus ada di tengah-tengah masyarakat dan mewartakan Kerajaan Allah. Kedua, masa ketika Yesus sudah bangkit dari kematian.

Acara Tebat senantiasa memakai simbol dan seni yang berlatar belakang budaya Jawa. Maka, tembang Jawa pun sering dilantunkan supaya lebih mendarat pada perasaan peserta atau pandhemen. Pada malam hari, peserta yang mempunyai kemampuan tertentu bisa saling berbagi. Misalnya yang bisa menyembuhkan sakit bisa memberikan pelayanan. Bagi yang ingin memperdalam penghayatan kebatinan bisa saling memberikan sharing dan berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil.

Acara Tebat ditutup dengan perayaan ekaristi yang dipimpin Mgr. Pujasumarta didampingi Pastor Aloys Budi Purnomo Pr dan Pastor Yustinus Slamet Antono Pr. Ekaristi diakhiri dengan pemberkatan bunga melati yang dibagikan kepada para peserta dan benda-benda devosi.

Seorang peserta yang sudah pernah ikut Tebat beberapa kali, G.D. Sunarto menyatakan rasa apresiasinya karena bisa menjadi peserta Tebat. “Saya ingin mengembangkan dan menguatkan cakrawala keimanan,” katanya. Sementara itu, Albertine Eko merasa senang menjadi peserta karena ia memperoleh banyak pengetahuan dari narasumber dengan aneka ragam agama dan kepercayaan.

Ibadah Ekumene Pekan Doa Sedunia 2012

Kepada Yth.
Bapak-Ibu Pendeta/Romo/Bruder/Suster/jemaat Kristiani
Di kota Semarang


Shallom,
Salam Damai Kristus,

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa setiap tanggal 18-25 Januari tiap tahun merupakan Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani (PDS). Doa Yesus sendiri “Semoga mereka semua menjadi satu sehingga dunia percaya” (Yoh 17:21) menjadi dasar Alkitabiah PDS ini.

Tradisi ini sudah dimulai secara ekumenis sejak tahun 1908 oleh Dewan Kepausan untuk Kesatuan umat Kristiani dan Komisi Iman dan Hukum Dewan Gereja-Gereja Sedunia. Jadi, usia tradisi dan praktek ini sudah lebih dari satu abad. Awal tahun 2012, Gereja-gereja dan komunitas-komunitas kristiani selama sepekan pada waktu-waktu tersebut berdoa dengan intensi Kesatuan Umat Kristiani Sedunia.

Sebagai puncak dari kegiatan pekan doa tersebut, kami dari Tim Kerja Ibadah Ekumene Penutupan Pekan Doa Sedunia Untuk Kesatuan Umat Kristiani 2012 mengundang Bapak-Ibu Pendeta/Romo/Bruder/Suster/jemaat Kristiani dari berbagai Gereja di kota Semarang untuk menghadiri Ibadah Ekumene dengan ketentuan sebagai berikut:
Hari/tanggal : Rabu, 25 Januari 2012
Waktu : 18.00 WIB
Tempat : Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Tanah Mas
Jl. Kokrosono Kav 41-42 Tanah Mas, Semarang
Tema : Kemenangan Tuhan Kita Yesus Kristus Mengubah Hidup Kita (bdk. 1
Korintus 15:51-58)

Demikian undangan kami haturkan, atas perhatian dan kehadiran Bapak-Ibu Pendeta/Romo/Bruder/Suster/jemaat Kristiani, kami ucapkan banyak terima kasih.
Tuhan memberkati.

Entri Populer