Sabtu, 11 Februari 2012

Menggalang Persatuan Kristiani


Dalam rangka Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani 2012, di Pertapaan St. Maria Bunda Pemersatu Gedono, terjadi Ibadat Siang bersama dan dilanjutkan dengan pengajaran dan sharing tentang PDS. Sekurang-kurangnya, 125 Pendeta Kristen Protestan dari berbagai denominasi di Salatiga dan sekitarnya, ambil bagian dalam kesempatan tersebut.

Diawali dengan Ibadat Siang (Tengah Hari) di dalam Kapel St. Maria Bunda Pemersatu, Gedono, kami bersatu dalam Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani. Pada kesempatan ini, turut serta dalam Ibadat Siang rombongan para Rama yang sedang mengikuti Kursus Formator di Girisonta yang kebetulan sedang berkunjung dan sahing di tempat yang sama.

Setelah Ibadat Siang, para Rama Formator dari berbagai Keuskupan di Indonesia ini melanjutkan perjalanan menuju Goa Maria Rosa Mistika dan Roncalli. Sementara itu, para Pendeta dan Hamba Tuhan lainnya menuju ke aula untuk mengadakan sharing dan pengajaran tentang PDS yang oleh Sr. Martha diserahkan kepada saya, yang beliau undang secara khusus untuk mengikuti pertemuan tersebut. Sr. Martha membuka pertemuan, dilanjutkan dengan menaikkan kidung pujian secara Protestan serta doa pembuka, dan saya pun mendapatkan kesempatan untuk bersharing dan memberikan pengajaran tentang PDS. Istilah "pengajaran" itulah yang mereka pakai, sebagaimana disebutkan oleh Pendeta Turmudi yang menjadi Ketua Paguyuban para Hamba Tuhan ini.

Para pendeta tampak antusias mendengarkan sharing dan informasi tentang PDS, yang tampaknya juga belum mereka ketahui, kendati gerakan PDS ini sudah berlangsung lebih dari 100 tahun dalam kerjasama antara WCC (Dewan Gereja-Gereja Sedunia) dan Vatikan (Gereja Katolik Roma). Setiap kali saya tegaskan bahwa semua ini berlandaskan pada dasar alkitabiah dari Yesus sendiri yang bersabda dan berdoa dalam Injil Yoh 17 agar para murid-Nya dan orang-orang yang percaya kepada-Nya bersatu sama seperti Bapa dan Putera agar dunia percaya, para Hamba Tuhan itu serentak menjawab "Ameeen".

Setelah beberapa informasi praktis lain di antara mereka, serta informasi dari GIA Pringgading Semarang, kami semua bersantap siang bersama dan acara pun selesailah sudah, dengan niatan, tahun depan, pada Penutupan PDS 2013, tgl 25 Januari 2013, hari Jumat, pukul 18.00, para Pendeta dan Hambat Tuhan ini akan meluncur ke Gereja Tanah Mas Semarang untuk ikut serta dalam konselebrasi Ibadat Ekumene Penutupan PDS 2013. Meski masih menunggu satu tahun lagi, ini diyakini sebagai salah satu buah positif dari pertemuan ini. Tentu saja, moga-moga niatan ini dapat terwujud dan syukur, sebelum itu, ada kesempatan lebih lanjut untuk merajut dialog ekumenis, tanpa harus menunggu PDS.

Aloys Budi Purnomo, Pr

Jumat, 03 Februari 2012

Menggapai Tuhan Melalui Peziarahan Hati

Hidup manusia di dunia ini merupakan sebuah peziarahan. Manusia berusaha memahami dan menemukan jatidirinya dan Tuhan dalam keseharian. Hal itu merupakan pencarian sepanjang hidup dan terus menerus.


Namun, kerap kali manusia juga dibuat gelisah dalam pencariannya akan Tuhan. Dalam situasi tertentu, manusia kerap mengalami kekeringan bagaikan berada dalam padang gurun. Dalam situasi seperti itulah, sebenarnya kita diajak untuk selalu dapat menggapai Tuhan, apapun keadaannya.

Maka dari itu, Temu Kebatinan Katolik XXI pada awal tahun ini akan berusaha menjawab situasi tersebut. Menggapai Tuhan Melalui Peziarahan Hati”, adalah tema yang kami angkat untuk membantu umat dalam rangka menemukan Tuhan dalam setiap detik kehidupannya. Dengan demikian manusia akan selamat karena selalu bersama-Nya.

Temu Kebatinan akan dilaksanakan pada

Hari/tanggal : Sabtu Pahing, 18 Februari 2012 sampai dengan

Minggu Pon, 19 Februari 2012

Jam : 16.00 wib – selesai

Tempat : Aula Gua Maria Kerep Ambarawa

Kontribusi peserta : Rp. 50.000,- /orang

Anda tertarik? Bergabunglah bersama kami.

Rabu, 01 Februari 2012

Kemenangan Tuhan Kita Yesus Kristus Mengubah Hidup Kita


Dengan berjalan pelan, para pendeta dan pastor menuju altar Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas Semarang. Sementara itu lagu Taize “Tinggallah Bersama Aku” yang dinyanyikan kelompok doa Taize “Cantate Domino” dan para Frater Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya mengiringi langkah mereka. Mereka bersama dengan umat Kristiani sedang melakukan Ibadah Ekumene Penutupan Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani (25/1/2012).

Dalam khotbahnya, Pastor Aloys Budi Purnomo, Pr menjelaskan sejarah PDS. “Gerakan ini sudah dimulai sejak tahun 1908. Dengan demikian kalau dihitung per hari ini, usianya sudah lebih dari 1 abad. Dan kegiatan itu direspon dengan sangat baik,” katanya dalam ibadah bernuansa Taize itu.
Selama satu pekan Gereja-gereja Kristus di seluruh dunia dari denominasi apapun, melakukan PDS untuk Kesatuan Umat Kristiani. “Semula hanya diawali oleh Vatikan sebagai wakil dari Gereja-gereja Katolik dan Dewan Gereja-gereja Sedunia sebagai wakil dari Gereja-gereja Kristen. Namun panitia internasional dari gerakan ini sudah merangkul Gereja-gereja Ortodoks,” jelas Pastor Budi.

Dalam acara yang dihadiri 20 pendeta itu, Pastor Budi menjelaskan tujuan PDS yakni menjawab doa Yesus seperti dikisahkan dalam Injil Yohanes yang menghendaki para pengikut-Nya bersatu. “Yesus berdoa agar siapapun yang percaya kepada-Nya dari manapun asalnya, dengan latar belakang apapun, menghayati persekutuan dan persatuan dan dengan demikian menjadi tanda damai sejahtera di tengah-tengah dunia,” kata Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang itu.

Tema PDS yang diangkat adalah “Kemenangan Tuhan Kita Yesus Kristus Mengubah Hidup Kita”. Berkaitan dengan tema itu, Pastor Budi mengatakan kerap kali sebagai pengikut-pengikut Kristus entah dari denominasi apapun kurang membangun persekutuan satu terhadap yang lain. Banyak perbedaan atau pengelompokan yang tidak membawa persatuan dan damai sejahtera tetapi justru menjadi sumber perpecahan.

“Kalau kita masuk dalam gerakan Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani tidak pertama-tama membuat semua menjadi satu, sama rata, sama rasa. Tidak! Tetapi dalam perbedaan-perbedaan yang ada dengan keunikan dan kekhasan masing-masing, kita diajak untuk saling memperkaya satu terhadap yang lain,” katanya dalam acara yang juga dihadiri para suster dan novis.

Dengan demikian, lanjut Pastor Budi, kebersamaan itu menjadi tanda damai sejahtera bagi umat dan bagi masyarakat di tengah-tengah dunia yang kerapkali dengan mudah diancam oleh perpecahan, oleh konflik, oleh peperangan yang membuat bangsa-bangsa dikuasai kebencian satu terhadap yang lain.

“Sebagai pengikut Kristus dari denominasi apapun kita diajak untuk menghayati panggilan kita sebagai murid-murid Kristus yang diutus untuk mewartakan Kabar Suka Cita, salah satunya di sini adalah damai sejahtera yang ditandai dengan kerukunan dengan kerja sama, dengan persaudaraan, dengan persatuan,” katanya.
Pdt. Sugiyanto dari Gereja Isa Almasih Pringgading memberi apresiasi positif pada kegiatan tersebut. “Sungguh luar biasa menunjukkan kerukunan antargereja, antarumat. Masalahnya, harus makin digalakkan karena ini sangat penting supaya umat juga mendukung, sama-sama saling mendoakan,” katanya usai ibadah.

Menurutnya, kerja sama antargereja perlu dikembangkan selain berdoa bersama. Gereja-gereja perlu bekerja sama dalam bidang sosial. “Saat ini banyak umat yang mengalami kesulitan dalam kehidupan, misalnya ekonomi, sosial,” katanya.

Sementara itu, Pdt. Robert W. Maartin dari GPIB “Immanuel” merasa terkesan dengan ibadah ekumene tersebut. “Umat dan pendeta bisa bersatu dengan hamba-hamba Tuhan,” katanya. Dia mengusulkan kalau acara itu dilakukan tidak hanya sekali dalam setahun. Menurutnya, perlu ada bentuk kegiatan lain misalnya kegiatan sosial, karitatif atau pendampingan masyarakat. Dia berharap pada waktu mendatang banyak Gereja mau membuka diri dan mau bekerja sama. “Ini kan kemuliaan Tuhan ya, bukan kemuliaan satu Gereja, bukan juga kemuliaan satu pendeta atau satu pastor tetapi ini untuk Tuhan,” katanya.

Entri Populer