Senin, 16 Januari 2012

Temu Kebatinan Katolik XX: Bercermin pada Bunda Maria Membangun Komitmen Gerakan Mistik-Politis

Fiat Voluntas Tua! (Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu) merupakan ungkapan terkenal dari Maria. Umat Katolik tentu sangat mengenal Maria. Ia menjadi sosok yang selalu disebut dalam doa-doa, devosi, dan banyak pula Gua Maria dibangun untuk menghormatinya. Namun Maria bukan sosok yang muncul hanya dalam kekatolikan saja, dalam Islam pun Maria juga muncul. Maria menjadi titik temu antara agama Islam dan Katolik. Temu Kebatinan (Tebat) Katolik XX berusaha menggali semangat dari Bunda Maria lebih dalam sehingga dapat menjadi cermin dalam membangun gerakan mistik-politis di Gua Maria Kerep Ambarawa (15-16/10/2011).

Dua narasumber dihadirkan pada Tebat XX yaitu Pastor Pius Riana Prapdi, Pr (Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang) dan K.H. Budi Harjono (Pimpinan Pondok Pesantren Al Ishlah Semarang). Kehadiran dua pembicara tersebut memperkaya permenungan peserta tentang Maria dari perspektif agama Islam dan Katolik.

Tebat XIX: Menjadi Pandhemen yang Beriman Mendalam melalui Keterbukaan atas Karya Roh Kudus



Mbah Samin Surosentiko dikenal sebagai pejuang rakyat tanpa memakai kekerasan. Sebab ia mempunyai pemahaman bahwa semua orang adalah saudara meskipun berbeda latar belakang, beda kulit, maupun beda tata cara atau adat istiadat. Hal itu disampaikan ketua Paguyuban Sedulur Sikep, Gunretno, dengan bahasa Jawa Ngoko, pada acara Temu Kebatinan (Tebat) Katolik XIX di Gua Maria Kerep Ambarawa (19/2/11).

Dengan lugas, Gunretno menyampaikan cara hidup Sedulur Sikep, komunitas hidupnya di desa Baturejo, kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. “Yang harus dilawan adalah sifat yang tidak benar, tatanan-tananan yang dipakai sepihak,” katanya. Cara hidup Mbah Samin, cikal bakal Sedulur Sikep, itu diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan atau tutur.

Menurut Gun, demikian ia disapa, Sedulur Sikep menghindari rasa kebencian. Semua orang adalah sama-sama manusia, berarti semuanya adalah saudara. “Semua mempunyai keinginan menuju kebaikan,” tuturnya.

Gun menyampaikan tuturannya dengan santai. Lelaki yang memakai iket kepala dan memakai baju serba hitam itu seringkali disambut tepuk tangan meriah para peserta Tebat karena kelugasannya. Menurutnya, batin selalu jujur. “Tidak ada yang dinamakan kebatinan itu tidak jujur. Batin itu pasti jujur,” katanya. Ia menambahkan bahwa semua hal yang dilakukan manusia harus melalui batin. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa situasi kebatinan tidak hanya berhenti di batin saja. Namun semua itu harus dilakukan atau diwujudnyatakan dalam tindakan. “Sebab apa yang dilakukan adalah utusan batin. Orang mengukur dia baik atau tidak berasal dari kelakuannya,” katanya. Lelaki yang aktif dalam pelestarian lingkungan hidup itu juga menegaskan kalau kelakuan seseorang baik, maka batinnya pun baik.

Tebat diselenggarakan oleh Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Komisi HAK KAS). Ketua Komisi HAK KAS, Pastor Aloys Budi Purnomo Pr, mengatakan bahwa Tebat XIX bermaksud mengambil bagian dalam peningkatan iman Katolik yang mendalam dan tangguh dalam corak interreligius. Maka tema yang diambil adalah Beriman Mendalam dan Tangguh melalui Keterbukaan atas Karya Roh Kudus Bersama Semua Orang yang Berkehendak Baik.

Melalui tema tersebut, panitia mengajak menyadarkan peserta untuk menyadari karya Roh Kudus dalam kehidupan umat manusia. “Semua manusia sebetulnya didampingi oleh gerak Roh ini. Dalam arti tertentu, mendengar kata Roh Kudus selalu membuat kita berpikir bahwa ini adalah milik Gereja Kristus entah Katolik maupun Kristen. Padahal sebetulnya Roh bekerja seluas dunia sepanjang masa kepada semua orang yang berkehendak baik, Roh bekerja, Roh membimbing, Roh Berkarya,” tegasnya.
Menurutnya, Roh Kudus hadir dalam diri setiap dan semua orang bertahta di ruang batin yang suci murni yang kita kenal sebagai martabat hati nurani.

Hari kedua, Uskup Agung KAS, Mgr. Johannes Pujasumarta menjadi narasumber Tebat yang dihadiri lebih dari 300 orang baik dari KAS maupun luar KAS. Mgr. Puja, demikian ia disapa, mengatakan bahwa manusia diberi anugerah untuk menemukan kebijaksanaan-kebijaksanaan Roh Kudus supaya bisa melestarikan hidup. Hidup bukan kematian tetapi abadi. “Untuk itu kita diberi anugerah kebijaksanaan untuk hidup supaya memang sungguh-sungguh hidup,” katanya.

Menurutnya, Roh Kudus bekerja melalui ciptaan. “Seluruh ciptaan itu mengandung seluruh kebijaksanaan kehidupan,” tegas lelaki yang pernah menjadi Uskup Bandung itu. Maka, kata Mgr. Puja, ada tiga kebijaksanaan yang bisa dipetik. Pertama, kebijaksanaan alam (natural wisdom). Kedua, kebijaksanaan budaya (cultural wisdom). Ketiga, kebijaksanaan kristiani/injili (Christian wisdom).

Tentang kebijaksanaan alam, hal itu bisa dipelajari dari setiap fenomena alam. Mgr. Puja mengisahkan ayahnya yang menemukan kebijaksanaan dari seekor ulat yang akhirnya bisa bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. “Yen sing uler waé, digadhang semana gedéné déning Gusti, apa manéh awaké déwé sing dadi putra Dalem iki. Kalau yang ulat saja itu diperhatikan Allah sedemikian rupa apalagi kita manusia yang adalah anak-anak Allah,” katanya. Manusia belajar dari alam untuk bisa memiliki kebijaksanaan dan menghargai kehidupan.

Pada gilirannya, seringkali kebijaksanaan alam itu, melalui kecerdasan manusia, kemudian dirumuskan dalam cerita, dongeng, atau seni tutur yang berkembang dalam kebudayaan lisan maupun tulis. Dari sanalah muncul narasi-narasi yang bisa menjadi sumber kebijaksanaan kebudayaan. Salah satu yang pernah dikembangkan uskup kelahiran Solo itu adalah membuat narasi Ajisaka yang termuat dalam aksara Hanacaraka dalam perspektif kristiani. Katanya, dalam budaya ada benih-benih sabda (semina verbi).

Sedangkan kebijaksanaan kristiani, menurutnya, tidak bisa dipisahkan dari tokoh Yesus Kristus. Mengenai spiritulitas Duc in Altum “Bertolaklah ke Tempat yang Dalam”, Mgr. Puja menyampaikan dua bingkai, pertama, ketika Yesus ada di tengah-tengah masyarakat dan mewartakan Kerajaan Allah. Kedua, masa ketika Yesus sudah bangkit dari kematian.

Acara Tebat senantiasa memakai simbol dan seni yang berlatar belakang budaya Jawa. Maka, tembang Jawa pun sering dilantunkan supaya lebih mendarat pada perasaan peserta atau pandhemen. Pada malam hari, peserta yang mempunyai kemampuan tertentu bisa saling berbagi. Misalnya yang bisa menyembuhkan sakit bisa memberikan pelayanan. Bagi yang ingin memperdalam penghayatan kebatinan bisa saling memberikan sharing dan berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil.

Acara Tebat ditutup dengan perayaan ekaristi yang dipimpin Mgr. Pujasumarta didampingi Pastor Aloys Budi Purnomo Pr dan Pastor Yustinus Slamet Antono Pr. Ekaristi diakhiri dengan pemberkatan bunga melati yang dibagikan kepada para peserta dan benda-benda devosi.

Seorang peserta yang sudah pernah ikut Tebat beberapa kali, G.D. Sunarto menyatakan rasa apresiasinya karena bisa menjadi peserta Tebat. “Saya ingin mengembangkan dan menguatkan cakrawala keimanan,” katanya. Sementara itu, Albertine Eko merasa senang menjadi peserta karena ia memperoleh banyak pengetahuan dari narasumber dengan aneka ragam agama dan kepercayaan.

Ibadah Ekumene Pekan Doa Sedunia 2012

Kepada Yth.
Bapak-Ibu Pendeta/Romo/Bruder/Suster/jemaat Kristiani
Di kota Semarang


Shallom,
Salam Damai Kristus,

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa setiap tanggal 18-25 Januari tiap tahun merupakan Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani (PDS). Doa Yesus sendiri “Semoga mereka semua menjadi satu sehingga dunia percaya” (Yoh 17:21) menjadi dasar Alkitabiah PDS ini.

Tradisi ini sudah dimulai secara ekumenis sejak tahun 1908 oleh Dewan Kepausan untuk Kesatuan umat Kristiani dan Komisi Iman dan Hukum Dewan Gereja-Gereja Sedunia. Jadi, usia tradisi dan praktek ini sudah lebih dari satu abad. Awal tahun 2012, Gereja-gereja dan komunitas-komunitas kristiani selama sepekan pada waktu-waktu tersebut berdoa dengan intensi Kesatuan Umat Kristiani Sedunia.

Sebagai puncak dari kegiatan pekan doa tersebut, kami dari Tim Kerja Ibadah Ekumene Penutupan Pekan Doa Sedunia Untuk Kesatuan Umat Kristiani 2012 mengundang Bapak-Ibu Pendeta/Romo/Bruder/Suster/jemaat Kristiani dari berbagai Gereja di kota Semarang untuk menghadiri Ibadah Ekumene dengan ketentuan sebagai berikut:
Hari/tanggal : Rabu, 25 Januari 2012
Waktu : 18.00 WIB
Tempat : Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Tanah Mas
Jl. Kokrosono Kav 41-42 Tanah Mas, Semarang
Tema : Kemenangan Tuhan Kita Yesus Kristus Mengubah Hidup Kita (bdk. 1
Korintus 15:51-58)

Demikian undangan kami haturkan, atas perhatian dan kehadiran Bapak-Ibu Pendeta/Romo/Bruder/Suster/jemaat Kristiani, kami ucapkan banyak terima kasih.
Tuhan memberkati.

Entri Populer