Fiat Voluntas Tua! (Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu) merupakan ungkapan terkenal dari Maria. Umat Katolik tentu sangat mengenal Maria. Ia menjadi sosok yang selalu disebut dalam doa-doa, devosi, dan banyak pula Gua Maria dibangun untuk menghormatinya. Namun Maria bukan sosok yang muncul hanya dalam kekatolikan saja, dalam Islam pun Maria juga muncul. Maria menjadi titik temu antara agama Islam dan Katolik. Temu Kebatinan (Tebat) Katolik XX berusaha menggali semangat dari Bunda Maria lebih dalam sehingga dapat menjadi cermin dalam membangun gerakan mistik-politis di Gua Maria Kerep Ambarawa (15-16/10/2011).
Dua narasumber dihadirkan pada Tebat XX yaitu Pastor Pius Riana Prapdi, Pr (Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang) dan K.H. Budi Harjono (Pimpinan Pondok Pesantren Al Ishlah Semarang). Kehadiran dua pembicara tersebut memperkaya permenungan peserta tentang Maria dari perspektif agama Islam dan Katolik.
Dalam Al Quran surat Al Maryam 19 dikisahkan juga Maryam mengandung dari rohul kudus sehingga melahirkan Isa. Bahkan orang Muslim sebagaimana tersurat dalam Al Quran juga menghormati Maria Bunda atau Siti Mariyam yang tetap perawan, dan pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru kepadanya.
Kyai Budi Harjono mengungkapkan bahwa derita yang kita alami tidak sebanding dengan yang dirasakan Bunda Maria. Rasa syukur Kyai Budi Harjono bertambah karena kajian yang ditelaah dengan bercermin kepada Bunda Maria. Ia mengungkapkan bahwa seringkali umat terjebak dalam aspek bahasa mempermasalahkan Maria dan Mariam, Yesus dalam agama Katolik dengan Isa dalam Islam. Substansinya sebenarnya sama, hanya kita menjadikannya berbeda. Kyai Budi Harjono menyatakan hidup bagai taman. Setiap keberadaan diberi kesempatan untuk hidup. “Setiap ranting mempunyai potensi untuk berkembang untuk memperoleh sebuah cahaya,” katanya.
Pada akhir pemaparannya Kyai Budi menari tarian Sufi dengan diiringi musik yang dibawakan Pastor Aloys Budi Purnomo melalui saksofonnya. Atribut dalam tarian Sufi rupanya memiliki arti simbolik tersendiri. Topi berbentuk batu nisan untuk selalu mengingat bahwa suatu saat kita akan mati. Kaki kiri yang menjadi poros simbol mematok nafsu kita. Sedangkan kaki kanan yang terus berputar adalah simbol dari kebaikan yang senantiasa disebarkan.
Sedangkan dari perspektif Katolik, Pastor Pius Riana Prapdi, Pr menyampaikan refleksi mengenai Bunda Maria mesti diletakkan dalam karya keselamatan Allah. Allah memanggil Bunda Maria menjadi Bunda Yesus. Bunda Maria mengandung Sang Putera dalam Roh Kudus. Jawaban kesediaan Bunda Maria ikut mengubah dunia “sejarah keselamatan” “...dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap manusia...” (LG 56).
Pola hidup Bunda Maria sangat istimewa. Bunda Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya (Luk 2:19, 51). Pola hidup Bunda Maria berorientasi pada “necep sabda, neges karsa, ngemban dhawuh”.
“necep sabda” bermaksud membuka hati untuk mendengarkan sabda Allah. “neges karsa” bermaksud menjajaki kehendak Tuhan, membeda-bedakan mana kehendak Tuhan, mana kehendak sendiri, menegaskan bahwa kehendak Tuhan harus diutamakan. Yang terakhir “ngemban dhawuh”, kita tekad hati dan budi untuk melaksanakan kehendak Tuhan “pejah gesang dherek Gusti”.
Menurut Lumen Gentium 56 diyakini banyak keutamaan Bunda Maria seperti kesederhanaan, kesetiaan, ketekunan, dan tahan uji yang didapat dari pendidikan orangtuanya. Bunda Maria dididik sedemikian rupa sehingga aneka keutamaan hidup tumbuh dan berkembang dalam dirinya menjadi bekal hidup menanggapi panggilan Allah. Bunda Maria “diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus” sehingga sejak para Bapa suci disebut Bunda Allah suci seutuhnya.
Menurut Pastor Riana, jatidiri Bunda Maria dapat ditemukan dalam Kitab Suci antara lain menyatakan kesediaan (Luk 1:26-38), menyanyikan pujian (Luk 1:46-56), meminta para pelayan taat (Yoh 2:5), menyimpan dalam hatinya (Luk 2:19, 51), memperhatikan dan membantu orang lain (Luk 1:39-56; Yoh 2:11), mendampingi Puteranya di kayu salib (Yoh 19:25-27), serta menemani para rasul menantikan kedatangan Roh Kudus (Kis 1:12-14).
Romo Riana juga menyampaikan bahwa pola hidup Maria menyimpan dan merenungkan “Ya” dalam hati ibarat kacamata. Kacamata perlu bingkai. Bingkai itu necep sabda, neges karsa dan ngemban dhawuh. “Apabila satu dari salah satu tiga hal itu patah, maka hidup tidak bisa berjalan dengan baik. Hal ini menjadi pilihan hidup dalam pelayanan yang terus menerus,” katanya.
Ia menegaskan bahwa Bunda Maria menjadi teladan bagi kita dalam menanggapi sabda Allah, berusaha memahami kehendak Allah, serta siap diutus untuk melaksanakan kehendak Allah.
Temu Kebatinan Katolik merupakan acara yang diselenggarakan Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Komisi HAK-KAS) secara rutin 2 kali setahun. Biasanya pada bulan Februari dan Oktober. Komisi HAK-KAS menyelenggarakan Temu Kebatinan dengan tujuan untuk membantu umat supaya menggali lebih dalam kekayaan batin dan moral dari agama dan kepercayaan lain. Hal ini dilakukan Komisi HAK-KAS dengan selalu berusaha menghadirkan narasumber dari iman dan kepercayaan lain.
Tebat kali ini dihadiri oleh sekitar 250 peserta dari Kevikepan Semarang, Yogyakarta, Kedu, Surakarta dan bahkan dari luar Keuskupan Agung Semarang. Temu Kebatinan XX ditutup dengan perayaan Ekaristi syukur yang dipimpin Romo Aloys Budi Purnomo, Pr.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
Oleh Aloys Budi Purnomo Pr, M.Hum Saya dengan sengaja tidak menggunakan kata “kedamaian” sebagaimana dipakai panitia. Secara normatif unive...
-
Fiat Voluntas Tua! (Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu) merupakan ungkapan terkenal dari Maria. Umat Katolik tentu sangat mengenal Mar...
-
Tanggapan Gereja-Gereja terhadap Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani (PDS KUK) 2013 sangat luar biasa. Selain mendoakan sela...
-
Oleh Aloys Budi Purnomo Pr ADA dua kisah naratif yang inspiratif untuk merawat kebhinnekaan. Mgr. Johannes Pujasumarta, Uskup Keuskupan Agun...
-
Malam satu suro (18/12/09). Bau asap dupa menyengat di Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas (HKYTM) Semarang. Di sana sudah tersedia tumpeng, j...
-
Romo J Sudrijanta, SJ memberikan penjelasan tentang Meditasi tanpa Objek Para peserta mengaku kesulitan ketika mempraktikkan meditasi...
-
PROFIL KOMISI HUBUNGAN ANTARAGAMA DAN KEPERCAYAAN KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG Oleh Aloys Budi Purnomo Pr Ketua Komisi Hubungan Antaragama ...
-
Dengan berjalan pelan, para pendeta dan pastor me nuju altar Gereja Hati Kudus Yesus Tanah Mas Semarang. Sementara itu lagu Taize “Tinggalla...
-
“APA YANG TUHAN TUNTUT DARI KITA?’ ( Bdk . Mi k h a 6:6-8) Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani 18-25 Januari 20...
Bagus note rm.riana, inspiratif skali.
BalasHapussaya beberapa kali ikut kebatinan katolik, tata caranya doa pembukaan, nyanyian(kidung),pembacaan Injil, renungan, meditasi (muda2an benar. pada saat meditasi tangan dan badan saya bergerak dengan sendirinya laku tanyakan apa makna dari gerakan itu( mata batin saya menangkap ada karunia tertentu yg ada pada saya. sayang jawaban pemandu sungguh menyakitkan krn dijawab "saudara belajar kebatinan jgn berharap jadi dukun" sejak itu saya tdk pernah ikut lg namun di rmh saya terus melakukannya sampe ada karunia penyembuhan. bgn dan dengan siapa saya bisa konsultasikan. saya konsultasi ke romo ke tumpang dilakukan pelepasan ternyata karuna itu tetap ada. mohon bantuanbya saudaraku semua. yulius.cahyono@gmail.com
BalasHapusbukan batin yg di asa,tapi hati yg kuat menyakini juru selamat ,,itulah yesus kristus
BalasHapusbaca2 aja .. mksh
BalasHapus